1,
EPISTIMOLOGI
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme
(pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang
berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas
dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan. Epistemologi
atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai
metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme,
metode kontemplatis dan metode dialektis.
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk
membedakan dua cabang filsafat, epistemologi
dan ontologi. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau
pengertian yang tidak mudah dipahami. pengertian epistemologi
ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang
yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang
berbeda-beda, buka saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi
persoalannya. Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami
suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa
diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan
memperkenalkan pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi
persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Hal iini berfungsi mempermudah
dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan
mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum
bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar
tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori
belajar, prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi
hambatan belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu
konsep merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya yang
sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi
pengertian. Demikian pula, pengertian epistemologi
diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya, sehingga
memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan
pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi
itu.
epistemologi
juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi, istilah epistemologi
berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Epistemologi dapat didefinisikan
sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur,
metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya
ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi
adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana
pengetahuan itu dapat diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a
priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori
(pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32)
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat,
jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang
mungkin untuk ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian,
1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005).Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha
yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat
pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat
yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan
pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya
sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
2. AKSIOLOGI
Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi
berasal dari kata Yunani: axion
(nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
Pertanyaan
di wilayah ini menyangkut, antara lain:
- Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
- Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
- Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
- Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
3, ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang
paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang
belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales
terkenal sebagai filsuf yang
pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah
pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu
substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri
sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang
bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
- kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
- Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa
dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara
kritis.
Istilah istilah terpenting yang
terkait dengan ontologi adalah:
- yang-ada (being)
- kenyataan/realitas (reality)
- eksistensi (existence)
- esensi (essence)
- substansi (substance)
- perubahan (change)
- tunggal (one)
- jamak (many)
Ontologi ini pantas dipelajari bagi
orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi
studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi,
ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika,
ilmu teknik dan sebagainya)
KESIMPULAN
Dengan
gambaran senderhana dapat dikatakan, ada sesuatu yang dipikirkan (ontologi),
lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi),
kemudian timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan
(aksiologi).Demikian juga, setiap jenis pengetahuan selalui mempunyai ciri-ciri
yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut
disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan
aksiologi ilmu dan seterusnya. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus
dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. Secara detail, tidak mungkin
bahasan epistemologi terlepas
sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model
berpikir sistemik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Keterkaitan
antara ontologi, epistemologi,
dan aksiologi—seperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam
suatu sistem--membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng
dari yang lain, sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang
berurutan dalam mekanisme pemikiran. Hal ini akan lebih jelas lagi, jika kita
renungkan bahwa meskipun terdapat objek pemikiran, tetapi jika tidak didapatkan
cara-cara berpikir, maka objek pemikiran itu akan “diam”, sehingga tidak
diperoleh pengetahuan apapun. Begitu juga, seandainya objek pemikran sudah ada,
cara-cara juga adam tetapi tidak diektahui manfaat apa yang bisa dihasilkan dari
sesuatu yang dipikirkan itu, maka hanya akan sia-sia. Jadi, ketiganya adalah
interrelasi dan interdependensi (saling berkaitan dan saling bergantung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar