WELCOME TO MY STORY

u can see my story n share here about anything^^
Jangan berdo'a agar Tuhan menjauhkanmu dari masalah
Tapi berdo'alah agar Tuhan menguatkan hatimu untuk melalui masalah itu [!!]
"La Takhaf wa La Tahzan innallaha Ma'an"
Artinya: Jangan takut dan jangan bersedih, sesungguhnya Allah terus menerus mendampingi kita semua
Aku tidak mengatakan diriku adalah seorang ahli 'ilm (karena memang aku bukanlah ahlu 'ilmu
melainkan hanya penuntut 'ilmu), aku cuma ingin menunaikan perintah " balighul anni :)

Minggu, 27 Mei 2012

PEMBANGUNAN YANG BERTUMPU PADA KEMAMPUAN MASYARAKAT


Nama               : Habibah Juniarti
NIM                : 07101001031
Fak/Jur            : ISIP/Administrasi Negara


Konsep-konsep pembangunan yang dikembangkan dan dipraktekan sampai saat ini terus menarik untuk dikaji. Hal ini tidak lain karena kehidupan sosial masyarakat selalu berubah. Konsep pembangunan tidak bisa sekedar memperhatikan ekonomi, tapi juga harus memperhatikan Pembangunan Berkelanjutan, yang meletakan dimensi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup. Kemudian lahir pula konsep Pembangunan Bertumpu pada Manusia dengan strategi Pembangunan Bertumpu pada Masyarakat.
            Pada tahap awal pembangunan, peranan pemerintah biasanya besar. Kegiatan pembangunan sebagian besar adalah usaha pemerintah. Bahkan di Negara yang paham sosialisme yang murni, seluruh kegiatan pembangunan adalah tanggung jawab pemerintah. Namun, dalam keadaan Negara berperan besar, partisipasi masyarakat diperlukan untuk menjamin berhasilnya pembangunan.
            Studi empiris banyak menunjukan kegagalan pembangunan, atau pembangunan tidak mencapai sasaran, karena kurangnya partisipasi masyarakt. Bahkan banyak kasus yang menunnjukan rakyat menentang upaya pembangunan. Keadaan ini dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain:
1.      Pembangunan hanya menguntungkan segolongan kecil dan tidak menguntungkan rakyat banyak, bahkan pada sisi ekstrim dirasakan merugikan.
2.      Pembangunan meskipun dimaksudkan untuk menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat kurang memahami maksud itu.
3.      Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkn rakyat, dan rakyat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai dengan pemahaman itu.
4.      Pembangunan dipahami akan menguntungkan rakyat, tetapi sejak semula rakyat tidak diikutsertakan.
            Contohnya pengadaan perumahan yang bertumpu pada masyarakat merupakan konsep yang telah banyak diterapkan di berbagai negara sedang berkembang, termasuk juga di Indonesia. Pengadaan perumahan bertumpu pada masyarakat ini adalah pengadaan perumahan bukan melalui mekanisme pasar, melainkan pengadaan yang pembangunannya diselenggarakan oleh kelompok sendiri, dengan maksud agar harga rumah bisa dijangkau oleh kelompok tersebut.
Dengan demikian menegaskan, bahwa konsekuensi dari pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok diperlukan hal yang sangat penting, yaitu partisipasi kelompok. Peran serta kelompok dalam kasus pengadaaan perumahan ini dimulai dari fase kegiatan prakarsa, pencarian lokasi, merencanakan bentuk rumah, memilih bahan bangunan, merencanakan tata letak rumah, menentukan harga rumah, menentukan sistem pendanaan, menentukan kebutuhan fasilitas lingkungan, sampai dengan pelaksanaan pembangunan.
Dalam hal ini, bagaimana kondisi setelah pengadaan perumahan yang dikondisikan awal sebagai perumahan untuk masyarakat menengah kebawah dalam rangka untuk mengurangi jumlah masyarakat yang tidak memiliki tempat berlindung, dalam hal ini adalah rumah. Namun pada prakteknya kebanyakan perumahan yang telah dirancang malah menguntungkan kelompok yang memiliki pemberdayaan untuk memiliki rumah itu, contohnya para elit yang memiliki uang dan bahkan membeli beberapa untuk perumahan tersebut yang selanjutnya baru disewakan terhadap masyarakat miskin yang seharusnya dari awal memang diperuntunkan untuk masyarakat menengah ke bawah.
Oleh karena itu, menjadi tugas manajemen pembangunan untuk menjamin bahwa pembangunan: (1) harus mengikutsertakan rakyat, (2) harus dipahami maksudnya oleh rakyat, (3) harus mengikutsertakan rakyat dalam pelaksanaannya, dan (4) dilaksanakan sesuai dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan dapat dipertanggung jawabkan.


PEMBANGUNAN MANUSIA TERMASUK ANALISIS TERHADAP INDEKSNYA
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah Pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
1.        Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
  1. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa dan kombinasi pendidikan dasar, menengah.
  2. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.
Setiap tahun Daftar negara menurut IPM diumumkan berdasarkan penilaian diatas. Pengukuran alternatif lain adalah Indeks Kemiskinan Manusia yang lebih berfokus kepada kemiskinan.
Orientasi pembangunan nasional mengalami perubahan selama kurung waktu tertentu. Pada 1945-1969, orientasi pembangunan adalah politik, pada 1969-1994, orientasi pembangunan adalah ekonomi yang menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita pada 1994-1919, orientasi pembangunan adalah sosial yang menekankan pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Karena itu, boleh dibilang bahwa posisi pemerintah Indonesia saat ini sedang berada, di mana pembangunan manusia seutuhnya mestinya dijadikan prioritas atau orientasi pembangunan. Memang, wajar bila pembangunan manusia seutuhnya (sosial) menjadi prioritas, sebab ekonomi dan politik sebelumnya sudah diprioritaskan. Tapi, kerap kali pembangunan manusia masih dipandang sebelah mata oleh para pengambil kebijakan. Sebaliknya, pembangunan ekonomi masih dijadikan prioritas atau lebih didahulukan ketimbang pembangunan sosial dan politik. Nampaknya pemerintah masih sibuk memusatkan energi yang begitu besarnya untuk memperbesar PDB, dengan lain kata, meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Padahal, bila diteliti lebih jauh, pembangunan sosial berupa investasi di bidang pendidikan dan kesehatan juga bisa membawa dampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Sebab dengan penyediaan sarana tersebut, manusia bisa meningkatkan kualitasnya sebagai sumber daya yang mampu menghasilkan produksi materiil yang relatif tinggi ketimbang sebelumnya. Ironisnya, kualitas manusia yang rendah, salah satunya kerap dijadikan alasan tidak optimalnya pengelolaan sumber daya alam oleh bangsa sendiri. Sehingga, bangsa ini terpaksa mendatangkan tenaga-tenaga asing untuk mengelola kekayaan alam kita.
Karena itu, saatnya pemerintah menetapkan pembangunan manusia sebagai orientasi pembangunan saat ini. Beberapa hal utama yang perlu diperhatikan adalah pembangunan dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Tak ada salahnya bila belajar dari negeri tetangga, Malaysia, yang sebelumnya pernah belajar pada kita. Salah satu strategi pemerintah Malaysia adalah mengirimkan ratusan bahkan ribuan pelajar atau mahasiswa Malaysia ke berbagai Universitas terbaik di Eropa dan Amerika Serikat. Tentu saja, segala biaya ditanggung oleh pemerintah Malaysia. Juga sebelum mahasiswa ini berangkat sekolah, ditancapkan pada hati mereka semangat untuk membangun negerinya setelah menyelesaikan pendidikan. Memang, “anak-anak” ini dipersiapkan untuk mengisi pos-pos pemerintahan mulai dari yang terendah di Malaysia. Dengan berorientasi pada pembangunan manusia lewat pendidikan, Malaysia lebih jauh meninggalkan Indonesia khususnya dalam bidang ekonomi. Ini menandakan, pembangunan manusia juga sebetulnya merupakan pembangunan ekonomi.
Kelemahan Negara berkembang dalam menyelenggarakan pembangunan terutama terletak pada sumber daya manusia, ada kalanya pada kuantitas, tetapi pada umumnya adalah pada kualitasnya. Oleh karena itu menjadi tugas manajemen pembangunan untuk menyipkan sumber daya manusia yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan berupa tenaga kerja yang berkualitas, yakni tenaga kerja yang kreatif, prodiktif, memiliki disiplin dan etos kerja, serta mampu mengembangkan potesnsi dan memanfaatkan peluang.
Upaya ke arah itu meliputi kegiatan di hamper semua bidang pembangunan, terutama: (1) pendidikan dan pelatihan, (2) ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) kesehatan, (4) kependudukan, dan (5) agama dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, edi.2010. Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama
Zakir, syaifudin. Administrasi Pembangunan. Palembang: FISIP INSRI






Tidak ada komentar:

Posting Komentar