Nama : Habibah Juniarti
NIM : 07101001031
Fak/Jur : ISIP/Administrasi
Negara
Mata Kuliah : Kebijakan Perencanaan
Pembangunan
Dosen Pengasuh : Drs. Eko Budwidjajanto, MSi
Sekilas
mengenai wacana Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2010-2014, Bappenas menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat
(Rakorpus) yang bertujuan untuk menyelaraskan seluruh rencana kerja pemerintah
dalam lima tahun ke depan. Beberapa hal yang menjadi fokus Rakorpus antara lain
sinkronisasi sasaran prioritas Kementerian/Lembaga (K/L); rencana kerja antar
instansi pusat; sinergi pusat dan daerah; rencana kerja dan ketersediaan
anggaran.
Materi
RPJMN bersumber pada visi, misi dan program aksi Presiden terpilih yang
disampaikan pada saat Pemilu Presiden tahun 2009 serta Prioritas Nasional
Kabinet Indonesia Bersatu II 2009-2014. Substansi dari rencana kerja tersebut
dituangkan dalam tiga buku RPJMN. Buku pertama berisi arah kebijakan umum serta
prioritas pembangunan nasional. Buku kedua memuat arah kebijakan dan prioritas
untuk bidang-bidang pembangunan, dan buku ketiga memuat arah pembangunan
kewilayahan.
“Visi
pembangunan yang akan dilaksanakan hingga tahun 2014 adalah mewujudkan Indonesia
yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan yang kemudian dijabarkan dalam tiga
misi pembangunan yaitu melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera;
memperkuat pilar-pilar demokrasi dan terakhir memperkuat dimensi keadilan di
semua bidang,” kata Ibu Armida di hadapan peserta Rakorpus yang terdiri dari
Perwakilan K/L dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dari seluruh
Indonesia.
“Prioritas
pembangunan nasional untuk lima tahun ke depan adalah reformasi birokrasi dan
tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, ketahanan
pangan, infrastruktur, iklim investasi dan usaha, energi, lingkungan hidup dan
pengelolaan bencana, daerah tertinggal, terdepan, terluar dan paska konflik,
serta kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi,” kata Ibu Armida.
Selanjutnya,
Perencanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan dikelompokkan dalam sembilan
bidang pembangunan yang terdiri dari bidang sosial, budaya dan kehidupan
beragama; bidang ekonomi; bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; bidang sarana
dan prasarana; bidang politik; bidang pertahanan dan keamanan; bidang hukum dan
aparatur; bidang wilayah dan tata ruang; dan terakhir bidang sumber daya alam
dan lingkungan hidup.
Selanjutnya mengenai Undang-Undang
RI No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, berujuk
pada Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Berlandaskan pada hal tersebut, dimana pembangunan di lakukan pada
berbagai sektor, selanjutnya pertanyaan timbul, mengapa sektor-sektor seperti
pertanian, industri serta pendidikan dapat meningkatkan sektor perekonomian.
Hal tersebut
dapat kita pahami, karena pada sektor pertanian. Pertanian merupakan
sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan sektor
utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian. Pertanian juga
memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor. Oleh
karena itu perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga
dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri.
Kekayaan
Indonesia berupa lahan pertanian juga merupakan aset penting untuk agrowisata.
Dengan pengolahan yang baik hasil perkebunan ini dan pemeliharaan terhadap
kebersihan dan keindahannya, maka nilai agrowisatanya akan memberikan devisa
yang cukup tinggi bagi negara. Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang
sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut:
a)
Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada pertumbuhan
output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun penawaran sebagai
sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-sektor lain seperti
industri manufaktur dan perdagangan.
b)
Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan domestik
bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.
c)
Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi lainnya,
dan Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan (sumber devisa).
Menurut
Kuznets, Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk, yaitu :
a. Kontribusi
Produk contohnya Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan Bahan baku untuk
industri manufaktur.contohnya seperti industri tekstil, barang dari kulit,
makanan dan minuman.
b. Kontribusi Pasar contohnya Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c. Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d. Kontribusi Devisa Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
b. Kontribusi Pasar contohnya Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c. Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d. Kontribusi Devisa Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk.
Dalam sistem ekonomi terbuka, besar
kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan lewat produksi dg
sector non pertanian.
a.
Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk
pertanian dari LN seperti buah, beras dan sayuran hingga daging.
b.
Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami
kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena Bahan baku dijual ke luar negeri
dengan harga yang lebih mahal.
Kontribusi Pasar.
Kontribusi Pasar.
Negara agraris merupakan sumber bagi
pertumbuhan pasar domestik untuk produk non pertanian seperti pengeluaran
petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi
(pakaian,mebel, dan lain-lain)Keberhasilan kontribusi pasar dari sector
pertanian ke sector non pertanian tergantung dari beberapa hal berikut, yaitu :
a.
Pengaruh keterbukaan ekonomi : Membuat pasar sektor non pertanian tidak hanya
disi dengan produk domestik, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi
yang tinggi dari petani tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sector non
pertanian.
b.
Jenis teknologi sektor pertanian : Semakin modern, maka semakin tinggi demand
produk industri non pertanian.
Kontribusi
Faktor Produksi.
Faktor produksi yang dapat dialihkan
dari sektor pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanian
adalah Tenaga kerja dan Modal.Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non
pertanian harus ditingkatkan agar ketergantungan Indonesia pada pinjaman Luar
negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk merealisasi hal tersebut
adalah :
a.
Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sektornya. Market
surplus ini harus tetap dijaga dan hal ini juga tergantung kepada faktor
penawaran yaitu Teknologi, infrastruktur dan sumber daya manusia dan factor
permintaan seperti nilai tukar produk pertanian dan non pertanian baik di pasar
domestik dan Luar negeri.
b.
Petani harus net savers yaitu Pengeluaran konsumsi oleh petani lebih kecil
daripada produksi
c. Tabungan petani harus lebih besar dari investasi sektor pertanian. Kontribusi Devisa melalui 2 cara, yaitu:
c. Tabungan petani harus lebih besar dari investasi sektor pertanian. Kontribusi Devisa melalui 2 cara, yaitu:
a.
Secara langsung, dengan mengekspor produk pertanian dan mengurangi impor.
b.
Secara tidak langsung, dengan peningkatan ekspor dan pengurangan impor produk
berbasis pertanian seperti tekstil, makanan dan minuman.
Kontradiksi kontribusi produk dan
kontribusi devisa akan meningkatkan ekspor produk pertanian, dan menyebabkan
suplai dalam negeri berkurang dan disuplai dari produk impor. Peningkatan
ekspor produk pertanian berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri.
Selanjutnaya peran sector industri
dalam pembangunan adalah untuk memberikan nilai tambah faktor-faktor produksi.
Pada dasarnya peranan sector industri dalam pembangunan ini dikembangkan
menjadi strategi industrialisasi yang meliputi strstegi industry subtitusi
impor (SISI) atau import subtituion dan strategi industry promosi ekspor (SIPE)
atau eksport promotion
SISI dikenal pula dengan istilah
strategi orientasi kedalam inward lookin strategi yaitu strategi orientasi yang
mengutamakan pengembangan berbagai jenis industri yang menghasilkan
barang-barang untuk menggantikan kebutuhan akan barang-barang untuk
menggantikan kebutuhan akan barang impor produk-produk sejenis. Sedangkan SIPE
atau sering disebut dengan istilah strategi orientasi keluar yang mengutamakan
pengembangan berbagai jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk
ekspor.
Sektor industri merupakan sektor
utama dalam perekonomian Indonesia setelah sektor pertanian. Sektor ini sebagai
penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia sampai tahun 1999. Bahkan
sejak tahun 1991 peran sektor industri mampu menjadi sektor utama dengan
mengalahkan sector pertanian. Di Indonesia industri dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu industry besar , industry sedang, industry kecil dan industri
rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang
terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan industry yang digunakan.
Sektor
industri pengolahan masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar
terhadap pembentukan PDB Indonesia. Dikaitkan dengan besarnya peranan sektor
industri terhadap sektor perekonomian dikatakan bahwa dalam sektor produksi,
mekanisme perangsang pembangunan yang tercipta merupakan akibat dari adanya
hubungan antara berbagai sector industri dalam menyediakan barang-barang yang
digunakan sebagai bahan mentah bagi sektor perekonomian. Interaksi ini
keterkaitan hulu, dan pengaruh hubungan ke depan atau keterkaitan hilir.
Jadi Industri
dan pertanian merupakan elemen yang dapat saling melengkapi dan jika
diseimbangkan akan mendatangkan devisa yang cukup besar bagi negara. Saat ini
Indonesia mengekspor bahan-bahan mentah hasil pertanian untuk diolah di luar
negeri. Yang menarik adalah bahan-bahan mentah itu akan diolah diluar negeri
untuk kemudian dijual (diimpor) kembali ke Indonesia.
Keseimbangan
yang tidak terjaga antara sektor industri dan sektor pertanian, menjadi pemicu
menurunnya perekonomian Indonesia. Jika antara pertanian dan industri dapat
berjalan beriring tentunya dapat menambah pendapatan negara. Selain itu dapat
mengatasi masalah ketenagakerjaan, yaitu dengan mengembangkan industri
pertanian. Hasil-hasil pertanian tersebut dapat diolah menjadi bahan baku,
sehingga dapat mengurangi impor Indonesia.
Selanjutnya konsep
pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investement) telah berkambang
secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor
pendidikan merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan
lainnya. Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital
investment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth),
sebenarnya telah mulai dipikirkan sejak jaman Adam Smith (1776), Heinrich Von
Thunen (1875) dan para teoritisi klasik lainya sebelum abad ke 19 yang
menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia.
Pemikiran
ilmiah ini baru mengambil tonggal penting pada tahun 1960-an ketika pidato
Theodore Schultz pada tahun 1960 yang berjudul “Investement in human capital”
dihadapan The American Economic Association merupakan eletak dasar teori human
capital modern. Pesan utama dari pidato tersebut sederhana bahwa proses
perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu
bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi.
Schultz (1960)
kemudian memperhatikan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan manusia
sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi
dari tenaga kerja. Penemuan dan cara pandang ini telah mendorong ketertarikan
sejumlah ahli untuk meneliti mengenai nilai ekonomi dari pendidikan.
Menurut Ari A. Pradana (2005) mengutip pendapat Profesor
Joseph Stiglitz, di Jakarta “Sediakan pendidikan sebisa mungkin dan bisa
diraih dengan mudah oleh semua warga”, kata peraih Nobel Ekonomi, seperti
muat pada harian Kompas (15/12/2004). Pertanyaan ini dilontarkan Stiglitz
ketika menanggapi pertanyaan soal kebijakan ekonomi seperti apa yang iperlukan
Indonesia. Ia juga mengomentari bahwa soal pendidikan ini adalah salah satu
blunder kebijakan neoliberal yang dianut Indonesia.
Peranan pendidikan bahasa teknisnya modal manusia (human
capital) dalam pertumbuhan ekonomi memang belum terlalu lama masuk dalam
literatur teori pertumbuhan ekonomi. Dikemukakan oleh Ari A. Pradana menegaskan
pendapat dari Lucas (1990) serta Mankiw, Romer, dan Weil (1992) yang merevisi
teori pertumbuhan neoklasik dari Solow (1956) yang legendaris itu.
Asumsi dasar dalam menilai kontribusi pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kesenjangan adalah pendidikan meningkat
produktivitas pekerja. Jika produktivitas pekerja meningkat, pertumbuhan
ekonomi akan meningkat. Disisi lain kenaikan produktivitas berarti kenaikan
penghasilan. Selalu diasumsikan bahwa manfaat dari kenaikan pendidikan secara
agregat akan lebih besar bagi kelompok miskin. Dengan demikian, jika tingkat
pendidikan meningkat, penghasilan kelompok miskin juga akan tumbuh lebih cepat
dan pada akhirnya ketimpangan akan mengecil.
Sejumlah hubungan telah diuji dalam rangka kesimpulan
tersebut. Misalnya studi Bank Dunia mengenai 83 negara sedang berkembang
menunjukan bahwa di 10 negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan riil tertinggi
dari GNP perkapita antara tahun 1960 dan 1977, adalah negara yang tingkat melek
hurup pada tahun 1960 rata-rata 16 persen lebih tinggi daripada nehara-negara
lain
Investasi dibidang pengembangan SDM merupakan suatu proses
yang panjang dan untuk menunjang keberhasilan perencanaan tersebut, pendidikan
dan pelathan harus dijadikan suatu tolok ukur untuk membangun suatu negara.
Tetapi pendidikan diibaratkan sebagai suatu kereta yang ditarik kuda,
artinya keberhasilan proses pendidikan merupakan kontribusi dari lintas
sektoral yaitu tenaga kerja, industri ekonomi, budaya dan lain sebagainya.
Jadi sector-sektor tersebut
dirasakan menunjang perekonomian karena merupakan investasi dalam hal
pembangunan penunjang perekonomian baik pembangunan secara fisik maupun non
fisik, dari segi sumber daya alam, maupun sumber daya manusia. Sumber daya
manusia memiliki peran dalam pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas
penduduk. Dimana jumlah penduduk yang besar merupakan pasar
potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk
menentukan besarnya produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan
mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan
mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal
juga dapat meningkatkan produktivitas.
Sumber:
Dodi Nandika. 2005. Kebijakan
Pembangunan Pendidikan 2005-2009. Bandung UPI.
http://aldorahman.blogspot.com/2010/05/peran-pertanian-dalam-perekonomian.htmlhttp://dwid08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengembangan-sektor-industri-dan-pertanian-dalam-membangun-perekonomian-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar